NAMA Tempat di Manado Beserta Artinya mungkin tak banyak orang yang tahu, bahkan orang Manado sendiri. Tulisan ini akan merangkum sejumlah nama dan arti tempat tersebut.

Semua nama tempat di wilayah administrasi kota Manado mempunyai sejarah dan arti masing-masing. Sebagian besar nama-nama tempat itu diambil dari peristiwa yang melatarbelakanginya, terambil dari unsur alam seperti: tanah, batu, air, pohon, dll. Nama-nama tempat tersebut kemudian menjadi identik ketika disampaikan para orangtua ke keturunannya dari mulut ke mulut. Lalu, eksistensi Nama Tempat di Manado Beserta Artinya tersebut menjadi sah dan ikonik sebagai identifikasi sebuah tempat, manakala Manado tumbuh menjadi sebuah kota yang resmi di Indonesia.

Inilah daftar Nama Tempat di Manado Beserta Artinya, yang dihimpun ManadoBaswara, dari berbagai sumber.

1. Wenang berasal dari kata: Wenang (bahasa Minahasa), yaitu nama sebuah pohon endemik yang bahasa ilmiahnya Macaranga Hispida. Sub etnis Bantik menyebutnya benang. Wenang merupakan nama salah satu kecamatan, yang terdiri dari 12 (dua belas) kelurahan, yaitu: Bumi Beringin, Teling Bawah, Tikala Kumaraka, Mahakeret Barat, Mahakeret Timur, Wenang Utara, Wenang Selatan, Lawangirung, Komo Luar, Pinaesaan, Calaca dan kelurahan Istiqlal.

2. Wanea berasal dari kata “wanua” (bahasa Toulour, Tombulu, dan Tonsea) , ketiganya memiliki arti yang sama, yaitu: Kampung atau negeri. Pengertian kata wanua tidak hanya satu kampung atau satu negeri, tetapi lebih.

Wanea merupakan salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan, yaitu: kelurahan  Wanea, Pakowa, Bumi Nyiur, Tingkulu, Teling Atas, Karombasan Selatan, Karombasan Utara, Ranotana Weru dan kelurahan Tanjung Baru.

3. Karombasan diambil dari nama rumput, yaitu rumput karombasan (bahasa Toutemboan); tumbuh merayap; bentuknya mirip rumput Australia; merupakan makanan hewan. Dikisahkan bahwa dahulu banyak ditemukan di kompleks Sekolah Kepolisian Negara (SPN) Karombasan.

Karombasan merupakan salah satu wilayah kelurahan di kecamatan Wanea. Ada dua kelurahan yang bernama Karombasan, yaitu Karombasan Utara dan Selatan.

4. Ranotana berasal dari kata rano dan tana’. Kata rano baik dalam bahasa Toulour, Tombulu dan Tontemboan memiliki arti yang sama, yaitu: Air.  Sedangkan kata tana’ baik dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan memiliki  arti yang sama, yaitu: Tanah. Jadi, Ranotana artinya: Air tanah.

5. Ranotana Weru berasal dari kata: rano, tana’ dan weru. Kata weru, baik dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan memiliki arti yang sama, yaitu: Baru. Jadi, Ranotana Weru adalah air tanah baru atau Ranotana Baru.

6. Winangun berasal dari kata: Wangun, bahasa Tombulu, yang artinya: Diperindah atau negeri yang baru dibangun. Winangun merupakan penggabungan dua wilayah atas inisiatif sejumlah tokoh masyarakat Paal III dan Paal IV. Seharusnya dengan Kilo Tujuh, tapi kemudian menarik diri untuk bergabung. Tahun 1965, Paal III dan Paal IV resmi menjadi desa Winangun  dengan status “anak desa Pineleng” atau desa percobaan. Kini Winangun telah menjadi salah satu kelurahan di kecamatan Malalayang.

SIMAK PULA: Jarak dari Manado ke Beberapa Kota di SULUT

7. Tanjung Batu, adalah wilayah pemukiman yang menyerupai tanjung dan dipenuhi dengan batu-batuan besar dan keras, sehingga masyarakat menamainya Tanjung Batu; merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Wanea.

8. Bumi Beringin diambil dari nama pohon beringin (Ficus benyamina). Sebelum dijadikan kompleks tempat tinggal Gubernur dan Walikota Manado, serta para pejabat kantor Gubernur provinsi Sulawesi Utara, Bumi Beringin merupakan lokasi pekuburan umum yang banyak ditumbuhi pohon beringin.

nama tempat di manado beserta artinya dari bumi beringin
sebagian laut sulawesi terlihat dari puncak bumi beringin

9. Teling berasal dari kata “teling”, bahasa Tombulu, yang artinya: Buluh atau bambu. Dulu jalan dari desa Koka sampai di SMPN 7, SMAN 2 dan SMAN 7 Manado, banyak terdapat pohon buluh.

10. Pakowa berasal dari kata “pakewa”, bahasa Tombulu, merupakan nama pohon yang berasal dari famili Rubiaceae. Tricalysia Minahassae Comb. Nov adalah nama ilmiahnya.

11. Bumi Nyiur, diambil dari nama nyiur. Sebutan nyiur yang dimaksud adalah kelapa (cocos nucifera). Sebelum menjadi lokasi pemukiman, kelurahan Bumi Nyiur yang merupakan pemekaran dari kelurahan Pakowa pada tahun 2001, adalah areal perkebunan kelapa.

12. Mahakeret berasal dari kata “Mahkeret” (bahasa Tombulu), Makeret (bahasa Tolour). Keduanya memiliki arti yang sama, yaitu: Memanggil dengan cara  berteriak.

13. Komo berasal dari kata komo, bahasa Tombulu, yang artinya: Ikan teri atau ikan kecil-kecil. Etnis Bantik menyebutnya juga ko’mo’, yang artinya udang kecil. Dikisahkan bahwa dahulu masyarakat sekitarnya sering menangkap ikan kecil atau udang kecil di sungai Tondano yang melewati wilayah pemukiman  yang sekarang dikenal dengan nama Komo.

14. Lawangirung, berasal dari kata “ngirung” (bahasa Tonsea, Tombulu dan Tontemboan), yang artinya: Hidung. Dikisahkan bahwa dahulu di wilayah yang sekarang bernama Lawangirung terdapat orang yang memiliki ciri-ciri tertentu: bertubuh pendek, memiliki hidung bengkok dan pesek; sering terlihat keluar-masuk dari sebuah lubang yang telah ditutup. Jadi, arti Lawangirung adalah orang yang berhidung pesek atau bengkok.

15. Kampung Kodo berasal dari kata “kodo”, bahasa Manado, yang artinya: Katak.  Dikisahkan, bahwa dahulu di kawasan pemukiman yang memiliki kontur tanah tidak rata ini, memang banyak sekali terdapat kodo.

16. Banjer adalah lokasi pemukiman penduduk yang banyak dihuni etnis Banjar. Karena pengaruh dialek, penyebutannya menjadi Banjer. Versi lain mengatakan bahwa Banjer berasal dari kata banjir. Banjir dalam bahasa Manado disebut banjer. Diberi nama Banjer karena pada saat datang musim hujan sering terjadi banjer (banjir).

SIMAK PULA: Nama Jalan di Manado

17. Ares diambil dari nama pohon ares (Duabanga moluccana BL) dari suku Sonn. Pohon ares dalam bahasa Minahasa disebut aras. Dikisahkan bahwa dahulu di tepi sangai Tikala, yaitu di wilayah pemukiman yang sekarang bernama Tikala Ares terdapat banyak pohon ares.

18. Dendengan berasal dari kata dasar dendeng (bahasa Manado). Arti kata dendeng adalah daging yang digarami dan dikeringkan. Sedangkan dendengan adalah tempat atau lokasi pembuatan dendeng. Dahulu, di kelurahan yang sekarang bernama Dendengan adalah hutan yang dihuni banyak rusa, lalu diburu oleh para pemburu dan dagingnya dibuat dendeng.

19. Paal II atau Pal 2, adalah ukuran jarak yang ditandai dengan tonggak batu. Paal (bahasa Belanda) dibuat sejak zaman pemerintah kolonial Belanda. Paal II sebelumnya adalah salah satu kelurahan di kecamatan Tikala, kemudian pada tahun 2012 dimekarkan menjadi kecamatan Paal II.

20. Paal IV sama dengan Paal II, yaitu suatu ukuran jarak. Paal IV termasuk salah satu kelurahan di kecamatan Tikala. Sedangkan Paal ganjil, yaitu Paal I dan III sudah sejak lama tidak digunakan lagi.

21. Perkamil merupakan singkatan dari “Perkampungan Militer”. Sebuah nama yang muncul karena dipopulerkan oleh masyarakat. Nama yang seharusnya adalah lingkungan Paal II Ranomut. Berawal ketika Kodam XIII Merdeka pada tahun 1969 membangun perumahan yang diberi nama pemukiman Sapta Marga Satu untuk anggotanya yang berpangkat Tamtama dan Bintara. Kemudian pada tahun 1972 dibangun lagi pemukiman yang diberi nama Sapta Marga Lima untuk anggota TNI AD yang berpangkat Perwira Pertama ke atas.

Di kalangan masyarakat, kedua pemukiman yang baru dibangun tersebut populer dengan sebutan Perkampungan Militer yang disingkat Perkamil. Pada tahun 1974, pemerintah mengganti nama lingkungan Paal II Ranomut menjadi Perkamil hingga saat ini.

22. Liwas adalah akronim atau kependekan dari Lingkungan Warga Sangihe (LIWAS); merupakan wilayah pemukiman yang terletak di Ranomuut lingkungan III, kecamatan Paal II.

23. Bendar berasal dari kata “bandar” yang berarti “pelabuhan”. Bendar merupakan pengucapan lokal terhadap bandar. Adanya pelabuhan Manado (yang masih eksis hingga kini), memunculkan sebutan itu sampai sekarang. Wilayah bendar yang dimaksud saat ini adalah sebagian kawasan Pasar 45 Manado, yang pada era 90-an populer dengan sebutan “stasion” (Inggris: station), artinya pusat kendaraan umum berada.

nama tempat di manado beserta artinya di stasion manado
stasion manado kerap disebut pula dengan bendar

Di kawasan bendar pula, sempat eksis Kampung Texas Manado. Sebuah pemukiman padat dan kumuh yang diapit sejumlah bangunan. Kampung Texas yang populer di tahun 90-an itu sebenarnya lahir dari sebuah film bergenre western di akhir tahun 70-an yang berjudul: Texas Adios. Film tersebut diputar di Bioskop Benteng, yang sangat berdekatan dengan kawasan Kampung Texas.

SIMAK PULA: Kode POS di Manado dan Daftar Kelurahan

24. Kleak adalah sejenis burung kakak tua, warnanya biru dan pemakan jagung. Dalam bahasa Tombulu, Tonsea dan Tontemboan disebut kleak.  Dulu  kelurahan Kleak  adalah daerah hutan yang dihuni banyak burung kleak.

25. Bahu berasal dari kata “bahu” (bahasa Sangihe dan Bantik); memiliki arti yang sama, yaitu: pohon yang umumnya mudah tumbuh dan berkembang biak di pesisir pantai. Pohon bahu termasuk dalam famili Malvaceae. Hibiscus tiliaceus L, adalah bahasa ilmiahnya.

26. Malalayang diambil dari kata “melayang-layang”. Menurut pemerintah kolonial Belanda,  suara atau nyanyian orang Bantik saat bekerja di kebun sangat merdu dan melayang-layang. Kemungkinan lainnya, pemerintah kolonial Belanda menilai orang Bantik seperti orang yang melayang-layang. Dari kata melayang-layang inilah asal nama Malalayang. Menurut sub etnis Bantik, nama Malalayang yang sebenarnya adalah Minanga. Minanga berasal dari kata malringanga, yang artinya doa permohonan kepada Tuhan.

Malalayang merupakan salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 8 (delapan) kelurahan, yaitu: kelurahan Malalayang I, Malalayang II, Malalayang I Barat, Malalayang I Timur, Winangun I, Winangun II, Bahu dan kelurahan Kleak.

27. Los adalah akronim atau kependekan dari Lorong Orang Sangihe (LOS), merupakan wilayah pemukiman yang terletak di kelurahan Malalayang Satu Timur lingkungan I, kecamatan Malalayang.

28. Pondol berasal dari kata pondol (bahasa Tombulu), pondolre (bahasa Sangihe), pon’dolro (bahasa Bantik); ketiganya memiliki arti yang sama, yaitu ujung kampung. Namun arti pondolre dalam bahasa Sangihe tidak hanya terbatas pada ujung kampung.

29. Pinaesaan berasal dari kata: Pinaesa’an (bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan); Keempatnya memiliki arti yang sama, yaitu: Persatuan.

30. Kayuwatu berasal dari kata: Kayu dan Watu (bahasa Tonsea); Kai dan Watu (bahasa Tombulu); keduanya memiliki arti yang sama, yaitu: Jenis pohon yang nama ilmiahnya Homalium Foetidum Benth; famili dari flacourtiaceae.  Kayuwatu dalam versi bahasa Tombulu disebut Kaiwatu. Kini nama Kaiwatu diubah menjadi Kairagi Dua kecamatan Mapanget.

31. Bengkol berasal dari kata: Beng’kolro’, bahasa Bantik, yang artinya bengkok. Sesuai namanya, kelurahan Bengkol terletak dialiran sungai Paniki dengan bentuk berlekuk atau bengkok.

32. Buha berasal dari kata bu’ha (bahasa Bantik), buha (bahasa Sangihe); keduanya memiliki arti yang sama, yaitu: Gosok.  Kata gosok yang dimaksud dilakukan pada saat mandi untuk mengeluarkan daki (kotoran) dari tubuh, baik dilakukan sendiri maupun antara pasangan suami istri misalnya. Umumnya pada jaman dulu mengosok tubuh saat mandi dilakukan di tempat pemandian umum seperti di kali, sumur atau di dekat mata air dan pancuran. Pemberian nama Buha berawal dari suatu peristiwa saat sepasang suami-istri muda kepergok oleh warga di tempat pemandian umum  sedang saling menggosok tubuh untuk mengeluarkan daki (grime).

33. Pandu berasal dari kata “pan’du”, bahasa Bantik, yang artinya: Menyerbu secara serempak. Misalnya, sekawanan monyet berbaris menyerbu kebun milu (jagung), atau sekawanan anak kepiting berbaris di pinggir sungai dan secara serempak menyerbu bagian hulu sungai. Pandu merupakan pemekaran dari kelurahan Bengkol.

34. Tongkaina berasal dari kata: Tongka kina, bahasa Sangihe, yang artinya: bakar ikan. Dikisahkan bahwa dahulu di daerah yang sekarang bernama Tongkaina merupakan tempat para nelayan dari pulau Manado Tua, Bunaken dan sekitarnya untuk membakar ikan. Para nelayan makan dan beristirahat sebentar sebelum pulang dan atau menjual ikan hasil tangkapan di pasar.

35. Tuna berasal dari kata: Tuna’, bahasa Bantik, yang artinya “kubangan”. Dikisahkan bahwa dahulu di daerah yang sekarang bernama Tuna merupakan lokasi babi hutan untuk berkubang.

36. Kombos berasal dari kata: Kom’boso’, bahasa Bantik, yang artinya “rumpu macang”. Rumput yang berasal dari famili Asteraceae. Lantana Camara L, adalah nama ilmiahnya. Merupakan tumbuhan belukar; dulu banyak tumbuh di daerah yang sekarang bernama Kombos.

37. Meras berasal dari kata “mahasa”, bahasa Bantik, yang artinya: Batuan yang telah mengalami pengikisan. Di daerah yang sekarang bernama Meras terdapat banyak sisa batu-batuan hasil pengkisan.

38. Molas berasal dari kata “molrasa”. Molrasa adalah nama sebuah pemukiman yang didirikan oleh salah seorang pemimpin sub etnis Bantik yang bernama Bo’lrasa.

39. Tumumpa berasal dari kata “tumumpa”, bahasa Sangihe, yang artinya “turun dari perahu sambil melompat”. Pengertian yang hampir sama tentang kata tumumpa juga terdapat dalam bahasa Toulour, Tombulu, Tonsea dan Tontemboan, yang artinya turun dari suatu ketinggian, misalnya turun dari tangga rumah, turun dari mobil, atau turun dari gunung.  Dalam bahasa Bantik, Tumumpa berasal dari kata tumumpa’, yang artinya mendarat atau berlabuh dengan perahu, atau turun dari suatu ketinggian tertentu.

40. Singkil berasal dari kata singkilre, bahasa Sangihe Tua, yang artinya menyingkir atau pindah; maksudnya menyingkir atau pindah dari kerajaan Bowontehu di Manado Tua ke daratan wanua Wenang-Minahasa (kini Manado).

Singkil adalah nama salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 9 (sembilan) kelurahan, yaitu: kelurahan Singkil Satu, Singkil Dua, Karame, Ketang Baru, Wawonasa, Ternate Baru, Ternate Tanjung, Kombos Barat, dan kelurahan Kombos Timur.

41. Tuminting berasal dari kata tuminting (bahasa Toulour dan Tontenboan), tumingting (bahasa Tombulu), ketiganya memiliki arti yang sama, yaitu alat penunjuk waktu atau jam.

Tuminting adalah nama salah satu kecamatan di kota Manado, yang terdiri dari 10 (sepuluh) kelurahan, yaitu: kelurahan Sindulang Satu, Kampung Islam, Sindulang Dua, Bitung Karang Ria, Maasing, Tuminting, Mahawu, Sumompo, Tumumpa Satu, Tumumpa Dua.

42. Bailang adalah salah satu kelurahan di kecamatan Bunaken, Kota Manado. Kata “Bailang” artinya “menghilang”. Dulu, daerah Bailang dianggap sebagai ujung dari Tuminting; Tempat yang paling ujung di utara Manado, yang jarang dikunjungi. Bailang sangat dekat dengan kawasan hutan lindung Gunung Tumpa, yang dulu belum setenar sekarang ini sebagai spot wisata baru Manado. Maka dulu, Bailang merupakan tempat yang pas jika seseorang hendak menghilang dari siapapun.

43. Sindulang, adalah sebuah ucapan dari seorang etnis Tionghoa. Sindulang sudah ada sejak abad XIV, namun saat itu bukan Sindulang namanya. Pada umumnya penduduk yang mendiaminya berasal dari eks kerajaan Bowontehu, Sangihe, Sitaro, Talaud, Bantik, Ternate, Cina, dan etnis lainnya; juga di Sindulang pemerintah kolonial Belanda pada abad XIX mendirikan perkampungan Borgo.

Orang-orang Borgo sangat diistimewakan oleh pemerintah kolonial Belanda, sehingga membuat mereka bangga dan sombong, juga mereka tidak mau bergaul dengan orang yang bukan Borgo. Mereka sering mencegat atau menghadang orang luar yang masuk ke perkampungan Borgo. Karena itu, perkampungan Borgo mendapat sebutan Sidola (bahasa Manado), yang artinya tukang dola (tukang hadang).

Sebutan Sidola berawal ketika suatu hari seorang etnis Tionghoa masuk ke perkampungan Borgo. Setibanya di kampung Borgo ia dihadang oleh beberapa orang Borgo, namun ia dapat menyelamatkan diri dan langsung melaporkan peristiwa itu ke pemerintah kolonial Belanda.

Saat ditanya oleh orang Belanda yang menerima laporannya tentang tempat penghadangan, etnis Tionghoa yang didola (dihadang) itu menjawab, Sindulang. Berulang kali hal yang sama ditanyakan, jawaban etnis Tionghoa itu tetap sama, yaitu Sindulang. Sejak saat itulah wilayah pemukiman yang multietnis itu bernama Sindulang. Maknanya sampai saat ini selain etnis Tionghoa tersebut yang tahu, tidak ada orang lain pun yang tahu.

44. Taas berasal dari kata taas (Elmerillia ovalis Dandy), bahasa Minahasa, yang artinya kayu cempaka hutan, berwarna kuning dan berdaun lebar. Pengertian lainnya dari kata taas adalah bagian kayu yang keras dan kuat. Dikisahkan bahwa kata tonaas merupakan gabungan kata tou (orang) dan taas, artinya orang yang berpendirian keras dan kuat dalam mempertahankan prinsip.

45. Mayondi, berasal dari kata mayondi (bahasa Bantik), yang artinya kayu hitam (Diospyros celebica). Mayondi merupakan salah satu pemukiman penduduk di kelurahan Kombos Timur kecamatan Singkil. Sebagian penduduknya adalah pindahan dari eks kampung Texas di kecamatan Wenang pada tahun 2008.

46. Kuhun berasal dari kata kuhun, bahasa Tounsawang, yang artinya alang-alang; merupakan salah satu wilayah pemukiman di kelurahan Bumi Beringin kecamatan Wenang.

47. Batu Kota, adalah wilayah pemukiman yang berada di bawah kaki bukit yang dipenuhi batu-batuan yang besar dan keras, sehingga masyarakat menamainya Batu Kota; merupakan salah satu kelurahan di kecamatan Malalayang.

48. Ternate Baru merupakan salah satu lokasi pemukiman di kecamatan Singkil. Lokasi pemukiman mereka sebelumnya adalah di lorong Sompo-Sindulang, dan sebagian wilayah eks Katang Tua dan Ternate Tua adalah lokasi yang kini telah menjadi pasar Jengki atau pasar Bersehati.

Pada bulan Juni tahun 1941, mereka dipindahkan oleh Belanda melalui Hukum Kedua ke wilayah pemukiman yang sekarang diberi nama kampung Ternate Baru dan satu kelompok lainnya dipindahkan ke lokasi yang sekarang disebut Ketang Baru, namun sebagian penduduk nanti berpindah pada tahun 1942.

Dahulu penduduk Ternate Baru lebih banyak berasal dari Ternate, tetapi sekarang penghuninya berasal dari berbagai etnis seperti Gorontalo, Minahasa, Sangihe dan Bolaang Mongondow, dan berbagai etnis lainnya yang ada di tanah air.

49. Ketang Baru, berasal dari kata katang atau ketang (bahasa Manado), yang artinya “kepiting”. Sindulang adalah lokasi pemukiman kampung Ketang Baru yang pertama. Kemudian pada bulan Juni tahun 1941, pemerintah kolonial Belanda melalui surat Hukum Kedua memindahkan penduduk di kampung Ketang Tua ke lokasi pemukiman baru yang dekat sungai/DAS Tondano, yaitu di lokasi pemukiman yang sekarang ini dikenal dengan nama Kampung Ternate Baru dan Ketang Baru. Namun penduduk yang lainnya nanti pindah pada tahun 1942.

Di lokasi pemukiman baru yang ditempati adalah rawa dan terdapat banyak ketang (kepiting), sehingga masyarakat pindahan dari Sindulang dan dari lokasi yang sekarang bernama pasar Bersehati menamainya kampung Katang Baru, lalu berubah sebutannya menjadi Ketang Baru.

Lokasi pemukiman kelurahan Ternate Baru dan Ketang Baru adalah tanah milik Tan Kok Tjiang yang dibeli oleh pemerintah Hindia Belanda. Lalu, pada pertengahan tahun 1939 dibangun rumah, masjid dan sebuah lapangan yang disiapkan untuk pemindahan penduduk Ternate Tua dan Ketang Tua.

50. Ternate Tanjung, adalah wilayah pemukiman yang merupakan pemekaran dari Ternate Baru pada tahun 2001. Lokasi yang dijadikan pemukiman sebelumnya dikenal dengan nama tanjung. Setelah dihuni diberi nama Ternate Tanjung. Disebut Ternate Tanjung karena lokasi pemukiman yang ditempati berbentuk tanjung.

51. Bitung Karangria diambil dari nama pohon bitung (Barringtonia asiatica-keben) dan batu karang, bahasa Sangihe. Dikisahkan bahwa dahulu di kelurahan yang sekarang bernama kelurahan Bitung Karangria terdapat banyak pohon bitung (keben) dan batu karang.

bitung manado
sebagian suasana pelabuhan bitung

52. Bunaken berasal dari kata “wunakeng”, yang artinya “tempat tiba dan untuk mendaratkan perahu di pantai”. Kata wunakeng sebenarnya merupakan  kependekakan dari kata “pamunakeng” (bahasa Sangihe). Dikisahkan bahwa dahulu orang-orang dari kerajaan Bowontehu tiba dan mendaratkan perahu mereka di pulau yang sekarang ini dikenal dengan nama Bunaken.

Bunaken merupakan nama salah satu kecamatan. Ada dua kecamatan yang bernama Bunaken, yaitu: kecamatan Bunaken dan Bunaken Kepulauan.Kecamatan Bunaken terdiri dari  5 (lima) kelurahan, yaitu kelurahan  Molas, Meras, Pandu, Bailang, dan kelurahan Tongkaina. Sedangkan kecamatan Bunaken Kepulauan terdiri dari 4 kelurahan, yaitu: kelurahan Bunaken, Alung Banua, Manado Tua I dan kelurahan Manado Tua II.

53. Siladen berasal dari kata peniladen, lalu berubah menjadi siladen (bahasa Sangihe), yang artinya tempat sandaran perahu atau tempat untuk menyandarkan perahu di tepi pantai.

54. Maasing berasal dari kata ma’asing, bahasa Tontemboan, yang artinya bergaram; merupakan wilayah pemukiman penduduk di kecamatan Tuminting yang berada dekat pesisir pantai.

55. Koka merupakan nama pohon koka (bahasa Minahasa), bahasa Indonesianya keluwih; bahasa latinnya Artocarpus camansi Blanco; orang Inggris menyebutnya seeded breadfruit atau breadnut. Koka merupakan salah satu wilayah pemukiman di kecamatan Mapanget. Dikisahkan bahwa dahulu di wilayah pemukiman yang sekarang dikenal dengan nama Koka banyak terdapat atau ditumbuhi pohon koka.

56. Mahawu diambil dari nama gunung di kota Tomohon, yaitu gunung Mahawu. Sebelumnya Mahawu merupakan nama lorong, lalu diubah menjadi kelurahan Mahawu kecamatan Tuminting-Manado.

Demikianlah, daftar 56 Nama Tempat di Manado Beserta Artinya. Daftar ini akan diperpanjang manakala ada update termutakhir.

Semoga bermanfaat!

Dari berbagai sumber

Simak juga:

Jarak Dari Manado ke Beberapa Kota di Sulut

Daftar Nama Kelurahan dan Kecamatan di Manado

Calvyn Toar

Digital Marketer, SEO-SMO Expert, Content Creator, Web Developer, Ghostwriter, Political Marketing Strategy, CryptoAnalyst/Investor | driven by heart "Sepanjang masih hidup & kuatnya ikhtiar, anda bisa berubah untuk maju; anda dapat lakukan apapun yang anda mau, & menjadi apapun yang anda ingin jadi" (calvyntoar/jan 2016)